Istighfar
Istighfar (Arab: إستغفار, Istiġfār)
atau Astaghfirullah (أستغفر الله ʾastaġfiru l-lāh) adalah
tindakan meminta maaf atau memohon keampunan kepada Allah yang dilakukan oleh umat Islam. Hal ini merupakan perbuatan yang
dianjurkan dan penting di dalam ajaran Islam. Tindakan ini secara harfiah
dilakukan dengan mengulang-ulang perkataan dalam bahasa Arab astaghfirullah,
yang berarti "Saya memohon ampunan kepada Allah". Seorang Muslim menyebut perkataan ini beberapa kali, bukan saja ketika meminta ampun dari Allah sebagai doa, malah juga ketika dia sedang berbicara dengan orang lain. Apabila seorang Muslim hendak mencegah dari melakukan perbuatan yang salah, atau saat ia mau membuktikan bahwa dia tidak bersalah pada satu peristiwa dia menggunakan pernyataan ini. Setelah salat, seorang Muslim dianjurkan melafalkan perkataan ini sebanyak tiga kali.[1]
Istighfar dalam filosofi Islam bermakna seseorang yang selalu memohon ampunan atas kesalahan dan terus berusaha untuk menaati perintah Tuhan dan tidak melanggarnya. Dalam Islam, makna Istighfar tidak terletak pada pengucapannya, tetapi pada seberapa dalam seseorang yang beristighfar memaknai dan menghayati apa yang ia ucapkan, dalam konteks yang lebih jauh lagi, agar ia terus mengingat Tuhan di saat ia tergoda untuk melakukan perbuatan dosa, dan apabila telah melakukan dosa, maka istighfar adalah titik baginya untuk bertekad tidak mengulangi perbuatannya.
ALLAH ta’ala berfirman,
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ
مِدْرَارًا. وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا.
“Maka aku
katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun-, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan
Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
وَيَا قَوْمِ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ
مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا
مُجْرِمِينَ
“Dan (dia
berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa’.” (QS. Huud :
52)
وَمَا كَانَ
اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ
وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka.
dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal : 33)
وَأَنِ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا
إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan
yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan
dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan
(balasan) keutamaannya.” (QS. Huud : 3)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mencontohkan pada umatnya untuk memperbanyak istighfar (bacaan: astaghfirullah).
Karena manusia tidaklah luput dari kesalahan dan dosa, sehingga istighfar dan taubat mesti dijaga setiap saat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia
mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ
إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar
pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR.
Bukhari no. 6307).
Dari Al Aghorr Al Muzanni, yang merupakan sahabat
Nabi, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada
Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no.
2702).
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan bahwa makna hadits di atas,
yaitu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan malas
beliau membacanya seperti itu. Artinya, beliau rutin terus mengamalkan dzikir
istighfar setiap harinya. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi,
17: 22.
Beberapa faedah dari hadits di atas:
- Hadits di atas memotivasi supaya memperbanyak taubat dan istighfar.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah makhluk terbaik di sisi Allah dan dosanya yang telah lalu dan akan datang telah diampuni, namun beliau masih beristighfar sebanyak 70 kali dalam rangka pengajaran kepada umatnya dan supaya meninggikan derajat beliau di sisi Allah.
- Terus memperbanyak taubat dan istighfar akan menghapuskan dosa dan kesalahan yang bisa jadi dilakukan tanpa sengaja.
- Bilangan istighfar dalam yang disebutkan dalam kedua hadits di atas tidak menunjukkan angka tersebut sebagai batasan dalam istighfar, namun yang dimaksud adalah banyaknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beristighfar.
Sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Istighfar
https://www.hisbah.net/keutamaan-istighfar/
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mencontohkan pada umatnya untuk memperbanyak istighfar (bacaan: astaghfirullah). Karena manusia tidaklah luput dari kesalahan dan dosa, sehingga istighfar dan taubat mesti dijaga setiap saat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Al Aghorr Al Muzanni, yang merupakan sahabat Nabi, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan bahwa makna hadits di atas, yaitu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan malas beliau membacanya seperti itu. Artinya, beliau rutin terus mengamalkan dzikir istighfar setiap harinya. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 17: 22.
Beberapa faedah dari hadits di atas:
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/3437-perintah-memperbanyak-istighfar.html
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).Dari Al Aghorr Al Muzanni, yang merupakan sahabat Nabi, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702).Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan bahwa makna hadits di atas, yaitu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan malas beliau membacanya seperti itu. Artinya, beliau rutin terus mengamalkan dzikir istighfar setiap harinya. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 17: 22.
Beberapa faedah dari hadits di atas:
- Hadits di atas memotivasi supaya memperbanyak taubat dan istighfar.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah makhluk terbaik di sisi Allah dan dosanya yang telah lalu dan akan datang telah diampuni, namun beliau masih beristighfar sebanyak 70 kali dalam rangka pengajaran kepada umatnya dan supaya meninggikan derajat beliau di sisi Allah.
- Terus memperbanyak taubat dan istighfar akan menghapuskan dosa dan kesalahan yang bisa jadi dilakukan tanpa sengaja.
- Bilangan istighfar dalam yang disebutkan dalam kedua hadits di atas tidak menunjukkan angka tersebut sebagai batasan dalam istighfar, namun yang dimaksud adalah banyaknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beristighfar.
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/3437-perintah-memperbanyak-istighfar.html